Had a busy week! Setelah 'dihantam' kerjaan dari pagi sampai pagi lagi, Senin sampai Sabtu rasanya tiada henti, akhirnya saya sempet ngeblog lagi.

Menikmati sore hari dengan secangkir kopi, terkadang jadi 'pelarian' saya untuk mengusir penat. Maklum, kerjaan saya itu bener-bener butuh kreativitas. Nulis-nulis, konsep-konsep, eksekusi. Sekalinya buntu, harus pinter-pinter cari cara untuk dapetin inspirasi.

Hari ini, saya mencoba warung kopi yang terkenal dengan kopi-kopi lokalnya, Anomali Coffee. Kebetulan, saya mengunjungi Anomali yang lokasinya di Setiabudi, tepatnya di gedung Setiabudi One, Jakarta Selatan.

Sebenernya saya udah sering banget mampir jajan ke Setiabudi One ini. Cuma baru kali ini sih nyobain Anomali Coffee. Kopinya enak, harganya murah, atmosfir tempatnya juga cozy banget. Saya suka!

Saya pesen Kopi Toraja dan Ice Vanilla Latte. Ketauan kan mana yang kesukaan saya? Yap, saya lebih suka kopi olahan yang dingin. Hehe

Datangnya pas lagi lumayan rame. Tapi tetep asik dan cozy kok.

Katanya sih spot favorit.

Cukup banyak yang bawa kerjaannya ke warung kopi ini.

Pesan disini. Begitu masuk, aroma kopinya enak banget, deh.

Paduan blus putih dengan celana dan hijab berwarna coklat karamel, bikin sore saya kali itu makin adem.

Dulunya saya paling anti pakai baju warna putih. Karena kulit saya sawo matang, jadi kalau pakai baju putih selalu merasa lebih kusam. Tapi sejak saya menemukan 'formula' baru untuk mix and match baju putih, sekarang saya lumayan percaya diri.

Biasanya, saya padukan outfit putih saya dengan warna-warna kalem, sih. Cokelat muda adalah favorit saya. Yap, kebetulan cokelat adalah warna favorit saya. Jadi, jangan heran kalau sering banget nemuin saya pakai baju warna cokelat :D

Sampai jumpa di postingan selanjutnya, teman! Tetap semangat ya :)

Tepat tanggal 3 Agustus 2016 kemarin, Instagram resmi meluncurkan fitur terbarunya, Instagram Stories. Buat kamu yang hobi banget main Instagram, pasti kemarin bangun tidur langsung kaget dong pas ngecek home. Kok ada bulet-buletnya banyak gitu di bagian atas layar :))

Ini cukup menarik untuk dibahas, sih. Makanya saya tulis di blog ini.

Saya bekerja di dunia digital marketing. Main-mainnya ya nggak jauh dari media sosial dan aplikasi digital yang membantu mobilitas manusia. Selain itu, diantara semua media sosial yang saya punya, Instagram ini menjadi media sosial yang paling saya gelutin.

Yap, selain karena saya suka memfoto dan hobi difoto, Instagram juga bisa buat nyari duit. Halah. Engga deng, lebih tepatnya buat aktualisasi diri juga. 

Saya bisa bebas mengekspresikan jati diri saya, sharing passion saya di nulis dan fashion, hanya dengan sekali klik. Saya juga bisa berbagi inspirasi lainnya dengan sangat mudah dan praktis.

That's why, saya pengen banget mencurahkan pendapat saya tentang Instagram Stories di lapak saya ini, hehe.

Snapchat VS Instagram?

Kurang lebih sih, bahasanya kayak begitu. Kabar yang beredar, si Instagram ini mulai insecure dengan keberhasilan Snapchat yang membuat sebagian besar orang addicted terhadap fitur-fiturnya. Emang sih, kalau udah ketagihan main Snapchat yang dalam hal ini sifatnya real time, kita jadi males update media sosial yang lainnya, termasuk Instagram. 

Basically karena kita merasa semua yang kita lakukan atau kita alami sudah diwakili oleh Snapchat untuk ditransformasikan sebagai aktualisasi diri. 

Saya pribadi sempet terkena 'Demam Snapchat' dan nggak update Instagram hingga berminggu-minggu lamanya. Tapi pada akhirnya, saya sendiri yang akhirnya kembali pada Instagram setelah saya merasa 'gerah' dengan fitur Snapchat yang membuat kita harus semakin detail dalam memposting sesuatu.

Bayangin aja, mau makan difoto dulu, mau suapan pertama pasti bagian nyendok -nya di rekam dulu, ekspresi wajah saat suapan pertama direkam dulu, pake emote ala ala guk guk imut, lagi.

Itu yang saya perhatikan, sih. Kalau saya biasanya update Snapchat tentang situasi dan kondisi di lingkungan sekitar saya aja. Maklum, saya narsisnya cuma pas OOTD ajah terus saya nggak bakat selfie. Ampuni kami dewaaaa. Hahaha :))

Instagram : "Dear Snapchat, Lo Kan Nggak Mau Gue Beli, Yaudah Gue Bikin Sendiri!"

Keberhasilan Snapchat membuat Instagram ketar-ketir. Biar gimanapun, dia harus tetap berinovasi. Beredarlah kabar, Instagram mau beli Snapchat. Tapi, Snapchat enggak mau :))

Namanya bisnis berbasis teknologi, kurang inovasi dikit pasti bakalan ditinggalin. Ya.. Akhirnya jadilah Instagram Stories, besutan Instagram yang sifatnya real time dan 99% mirip dengan Snapchat dan segala fiturnya. Fyi, kayaknya cuma fitur filter Snapchat sih yang belum diadopsi Instagram Stories.

Beberapa minggu yang lalu, Snapchat mengeluarkan fitur terbaru bernama Snapchat Memori/Memories yang bisa upload foto dari momen-momen lama yang ada di Galeri smartphone kamu. 

Yap, secara nggak langsung, Snapchat mulai mengadopsi gaya Instagram untuk share foto dan video dengan waktu yang bebas.

Akhirnya, Instagram membalas dengan fitur baru yang mengadopsi Snapchat yaitu Instagram Stories ini. Hmm, jadi Instagram yang kayak Snapchat, atau Snapchat yang kayak Instagram, nih? :))

Tentang Instagram Stories, Kamu Sudah Coba?

Jadi Instagram Stories ini muncul di bagian atas layar Home Instagram kamu. Bagian bulat-bulat yang digoreng dadakan itu adalah feed dari Instagram Stories. Cukup kamu klik, nanti postingan Instagram Stories (disebut Stories) dari temen-temen kamu akan ke-slide sendiri.

Postingannya bisa berupa foto ataupun video. Bisa kamu edit dan corat-coret sesuai kreativitasmu. Postingannya bersifat real time, dan hanya akan bertahan selama 24 jam saja. Batas waktu video dan foto cuma 10 detik. Mirip si aplikasi kuning berlogo hantu, kan?

Sayangnya, feed Instagram Stories ini tidak akan muncul saat kamu scrolling Home Instagram kamu. Mau scrolling ampe kembung juga nggak muncul, karena "jalur"-nya memang berbeda. 

Postingan Instagram Stories juga nggak akan muncul di profile page kamu. Jadi, kalau sudah punya konsistensi postingan untuk profile page-nya, tenang aja, nggak bakalan keganggu, kok.

Saya udah coba Instagram Stories? 100% belum. 

Tertarik nyoba, nggak? Biasa aja, sih. Tapi nanti, deh. Mungkin saya akan jauh lebih dulu update postingan ini ke Instagram saya (untuk masuk di profile page), sebelum akhirnya saya mencoba Instagram Stories meskipun buat sekedar coba-coba aja.

Meningkatkan Kreativitas

Dengan banyaknya fitur yang ada di Instagram Stories, secara nggak langsung itu bisa meningkatkan kreativitas kita dalam membuat postingan yang lucu dan kreatif. Kamu bisa tambahin hasil doodles kamu yang berwarna-warni, tulisan, atau yang lainnya, deh. 

Menarik sih, untuk yang having fun lewat postingan media sosialnya. Tapi kelihatannya tidak bagi mereka yang fokus untuk share hasil fotografinya yang cenderung ke arah profesional.

Semakin Dekat dengan Followers? Ah, Ini Sih Buat yang Udah Terkenal Aja!

Postingan yang real time bener-bener mendeskripsikan daily activity seseorang banget. Hal ini terkadang yang membuat seseorang terasa lebih dekat satu sama lain. 

Tapi kayaknya, ini sih berlaku bagi yang udah terkenal aja, deh. Soalnya, kalau belum terkenal dan daily activity-nya nggak menarik-menarik amat, kayaknya bakalan biasa aja. Kecuali, orangnya bener-bener kreatif yang bisa mengabadikan momen biasa menjadi luar biasa. Such as always see another perspective things to be captured as a beautiful moment. Haha. Just my opinion :))

Overlap dan Bikin 'Gerah' Tampilan Home

Tapi, munculnya Instagram Stories ini seakan membuat Instagram jadi kebanyakan fitur. Saya lebih suka Snapchat Memories yang mirip Instagram dibandingan Instagram Stories yang mirip Snapchat. Snapchat Memories bisa digunakan sekaligus tanpa mengubah cara kita menikmati postingan temen-temen kita, sementara Instagram Stories tidak.

Ya, overlap-nya adalah kita seakan 'dipaksa' melalui dua jalur untuk menikmati postingan temen-temen kita yang orangnya sama semua. Yang satu jalur Instagram Feed (scrolling Home), yang satu lagi jalur Instagram Stories. 

Yang teman-teman kita update memang bisa saja beda, tapi yang kita 'kepoin' adalah orang yang sama. 

Akan muncul dua kemungkinan, yang pada update Instagram Stories jarang ada yang liat, atau justru yang update di Instagram Feed jarang ada yang liat. Apalagi like dan komen :))

Lebih-lebih lagi, IMHO, tampilan Home Instagram jadi lebih gerah karena ada bulat-bulat di atasnya. Tangan dan otak otomatis akan terarahkan untuk klik update Instagram Stories terlebih dahulu, kan. Lalu keterusan karena yang update Stories banyak, lalu kelamaan, lalu nggak scrolling timeline Instagram, deh.

Tampilan Home-nya jadi lebih sumpek, gitu. Itu sih menurut aku, ya :D

Bikin Pengguna Instagram Makin Malas Scrolling Timeline

Ya karena Instagram Stories-nya diletakkan paling atas itu tadi, otomatis akan membuat kita lebih tertarik untuk melihat Stories mereka terlebih dahulu. Akhirnya, timeline Instagram kemungkinan besar jadi terabaikan, deh.

Coba seandainya si Instagram Stories ini letaknya dibedain, atau dijadiin satu aja sekalian sama feed Instagram pada umumnya. I mean, setiap Stories yang kita buat, akan muncul di Home dan profile page, terus nggak hilang 24 jam. Pasti nggak akan overlap, dan Instagram pun nggak akan kehilangan identitasnya sebagai aplikasi berbagi foto dan video yang keren-keren gitu.

Belum lagi, beberapa tahun terakhir, kan, Instagram masih jadi aplikasi paling eksis, tuh, buat jualan atau bisnis. Yaaa, dengan adanya Instagram Stories ini, sih, pasti akan lahir berbagai strategi baru untuk branding, promotion dan increasing sales lewat Instagram.

Pertama, gimana caranya bisnis juga tetap berkembang lewat Instagram Stories. Kedua, gimana caranya supaya apa yang kita update di feed Instagram tetap rajin dilihat oleh followers kita.

Bakal muncul terus strategi digital business yang baru. Perkembangannya cepet banget. Ayo inovasi terus menghadapi tantangan bisnis dan teknologi yang ada! :)

Intinya, Kalian Suka, Nggak?

Kalau saya pribadi, sih, kurang! Selain karena kepribadian saya yang nggak begitu suka apa-apa diposting secara real time gitu, penempatan Instagram Stories yang kebanyakan overlap ini justru bikin kurang menarik :(( 

Kecuali, Instagram Stories disatuin sama feed Instagram yang biasa kita posting dan lihat. Semua Stories bisa muncul di timeline yang bikin orang tetap semangat scrolling timeline setiap harinya.

Jangan sampai pada akhirnya nanti orang-orang malah justru pindah ke Snapchat, ya :)) Jangan sampai juga karena berinovasi, Instagram justru kehilangan jati dirinya. Timeline Instagram feed mulai ditinggalkan karena semua orang sibuk dengan Instagram Stories.

Kalau yang saya lihat, Instagram ini hanya menambahkan, bukan menggabungkan. Akhirnya pengguna Instagram jadi bingung mau gunain yang mana dulu. Kalau udah gitu, mau nggak mau, cepat atau lambat, nantinya salah satunya pasti akan tersingkirkan. Jadi, lebih baik digabungkan saja Instagram Stories dan Instagram feed-nya. Yang posting juga akan lebih enak, yang hanya membaca pun juga enak.

Kita lihat, mana yang akan bertahan lebih lama; apakah Snapchat yang akan tenggelam, atau Instagram Stories yang akan redup perlahan-lahan. Atau, dua-duanya akan tetap bertahan :)

Nantinya,  market sendiri yang akan menentukan.

Tapi kalau saya, entah itu untuk bisnis, marketing, ataupun membangun personal branding dan eksistensi diri, saya lebih suka konsep Instagram yang lama. Konsisten terhadap tujuan utamanya; aplikasi foto/video yang bukan bersifat real time. Justru itulah ciri khasnya. 

Ya, yang klasik memang lebih asik :)

Dari nulis-nulis analisa saya tentang Instagram Stories ini, saya udah nemu beberapa inspirasi untuk bikin strategi bisnis/branding lewat Instagram Stories. Mmmm, ada yang mau? Komen di bawah ya :)

Kamu insomnia? Sama, saya juga.

Bahkan, tulisan ini dibuat saat saya menikmati waktu tengah malam saat saya lagi sulit-sulitnya memejamkan mata. Sambil mikirin, dengan segudang aktivitas di esok hari, apa kabarnya badan dan kesehatan saya? Pasti bakalan capek banget.

Usut punya usut, hampir sebagian besar orang insomnia atau susah tidur itu, karena pola tidur dan manajemen waktu yang salah kaprah. Akhirnya, timbul deh, kebiasaan begadang; yang udah jelas-jelas nggak baik untuk kesehatan, tapi masih aja banyak yang melakukan.

Tapi, beberapa minggu terakhir, saya bisa lebih cepet tidur, dong. Tanpa minum obat tidur atau apapun, sepertinya saya sudah mulai menemukan cara-cara alami untuk menyembuhkan kebiasaan sulit tidur. 

Dan semuanya, hanya butuh satu; komitmen.

1. Sistem 'Tambal' Jam Tidur

Intinya, begadang itu kurang tidur. Kalau jam tidur ada yang bolong, buruan ditambal, deh. Misalnya biasanya tidur 8 jam sehari, lalu kemarinnya cuma sempet tidur 5 jam, maka sempet-sempetin di hari berikutnya kamu bisa menambal 3 jam yang terlewat itu tadi. 

Tapi, sistem tambal jam tidur ini sebenernya kurang efektif kalau nggak didukung sama olahraga dan pengelolaan pikiran dari dalam diri. Salah langkah, bisa-bisa sistem tambal jam tidur ini malah membentuk kebiasaan baru; lebih banyak tidur karena nambal jam tidurnya kelamaan. Hahaha.

2. Olahraga

Seringan apapun itu, rutin melakukan olahraga di pagi hari adalah pilihan yang tepat. Kalau saya, biasanya melakukan gerakan-gerakan stretching aja, sih. Meregangkan otot-otot tubuh supaya lebih rileks. Tambahan, biasanya saya lari-lari kecil di balkon rumah. Sambil menghirup udara segar.

Siangan dikit, biasanya saya lari keliling komplek, itupun kalau sempat (dan kalau mood juga hahaha). Maklum, masih suka cheating kalau soal olahraga. Banyak bolongnya, hahaha.

Olahraga terbukti mampu merelaksasi diri dan pikiran kita. Kalau badan terbiasa fit, pikiran juga nggak banyak stress-nya, biasanya waktu tidur akan bisa lebih tertata dan kita juga bisa lebih cepat memejamkan mata. Itu sih menurut yang saya baca.

3. Memadatkan Jadwal dalam Kurun Waktu Tertentu

Hanya kita yang bisa menakar kekuatan diri kita sendiri. Jadi tergantung, kamu mau memadatkan jadwalmu selama beberapa hari, atau seminggu penuh. Sehari - dua hari juga gak masalah. Yang penting, aktivitasnya sehat dan bermanfaat. 

Memadatkan jadwal dengan segudang aktivitas, misalnya kerja, ikut event, jalan-jalan, baca buku di perpustakaan, dan lain-lain sesuai dengan pilihan kamu, bisa membuat badan lebih cepat lelah. Nah, kalau saya biasanya kalau udah capek banget, akhirnya bisa deh tidur lebih cepat.

Kalau pola tidur lebih cepat macem begini bisa dibiasakan beberapa hari, biasanya akan lebih mudah juga diadaptasikan ke pola tidur kita di hari-hari selanjutnya.

4. Membaca

Kata orang sih, baca buku bikin mata lelah dan kemudian ngantuk. Tapi kalo buat saya cara yang ini enggak mempan. Kalau kalian pernah coba dan berhasil atau bahkan jadi kebiasaan, bisa share di kolom komentar, ya! Hihi.

5. Jauhkan Gadget

Ini penting! Kebiasaan banget, kan, sebelum tidur scrolling timeline semua media sosial yang kita punya. Sekalian sambil stalking medsos mantan atau gebetan, halah :))) Sampai akhirnya kita ketiduran dengan gadget yang tergeletak gitu aja.

Tapi yang kayak gini justru harus dijauhin banget. Beberapa hari terakhir saya bener-bener menjauhkan posisi handphone dari tempat tidur saya. Taro di meja rias, coba! Hahaha. Biar kalo ada alarm buat bangun pagi bunyi, saya juga ada effort buat matiin alarmnya, dan jadi bangun beneran! :p

Fyi, sinar atau cahaya dari gadget itulah yang sebenarnya menyebabkan mata kita sulit tidur. Padahal, dokter gitu biasanya kan menganjurkan tidur dalam keadaan lampu redup atau bahkan dimatikan supaya bisa lebih cepet tidur nyenyak.

6. Matikan Lampu

Buat kamu yang terbiasa aja, kalo saya jujur malahan nggak bisa tidur dengan lampu redup atau dimatikan :))

Tapi emang sih, perbedaannya kerasa. Tidur dengan lampu redup atau mati bisa bikin lebih nyenyak, karena kita seakan diantar dengan suasana yang tenang, hening, dan pikiran yang diarahkan untuk nggak mikirin apa-apa.

7. Rutin Buat To-Do-List Esok Hari

Nah, bisa jadi kamu susah tidur gara-gara banyak pikiran tentang apa yang harus kamu lakukan besok. Biar memudahkan, coba deh susun jadwal atau buat daftar tentang apa aja yang harus kamu lakukan esok hari.

Emang sih, ini nggak begitu berpengaruh. Tapi paling enggak, bisa sedikit melegakan pikiran kamu supaya tidur lebih nyenyak dan besoknya juga gak terburu-buru.

8. Kurangi Ngopi

Kalau mengurangi kopi karena mengandung kafein, saya setuju. Tapi kalau menghindari kopi, saya nggak setuju! Secara saya paling nggak bisa memulai kerjaan di pagi hari tanpa kopi, hahaha.

Emang sih, kopi ini kuat pengaruhnya buat kualitas tidur. Tapi ya, paling enggak kita bisa atur porsi kita mengkonsumsi kopi. Satu gelas sehari aja, cukup, lah. Saya biasanya pilih pagi hari karena kopi itu jadi moodbooster saya banget. Siang atau sore hari, pas lagi jam ngantuk-ngantuknya, saya nggak minum kopi lagi. Mungkin bisa diganti susu atau air mineral yang banyak untuk meningkatkan konsentrasi.

9. Tingkatkan Kenyamanan Tidur

Ini sih balik lagi ke personal, menurut saya. Karena ada juga, kan, orang yang bisa tidur di sembarang tempat dengan gaya apa aja; bahkan dalam kondisi duduk dan dalam keadaan ramai sekalipun.

Tapi alangkah baiknya, kita juga memperhatikan soal ini; kenyamanan tempat tidur. Dan buktinya, bagi saya ini berpengaruh!

Menata tempat tidur dengan sprei yang bagus, bersih, rapih, harum, bisa meningkatkan semangat tidur, lho (meskipun kadang akhirnya juga cuma tidur-tiduran haha). Belum lagi, bantal dan guling yang tertata rapih, bikin pengen meluk aja kan bawaannya. 

Jangan lupa, pastikan suhu udara di kamar itu adem! Entah pakai AC, kipas angin, atau suhu cuaca dari ventilasi udara sekalipun, yang penting adem!

10. Enjoy Aja dan Berdoa

Tingkat stress dan rasa khawatir seseorang memang berbeda-beda. Yang paling penting, adalah bagaimana cara kita mengatasinya.

Jangan sampai, terlalu kepikiran sesuatu yang membuat kamu semakin susah tidur. Saya biasanya lebih memilih untuk memikirkan hal-hal yang indah, misalnya kayak waktu saya menerima penghargaan, mengkhayal tentang karir saya di masa depan, atau apa aja lah yang baik-baik biar bisa bikin pikiran lebih rileks dan kalau kebawa mimpi nanti juga enak, hahaha.

Apapun itu, intinya jangan lupa selalu berdoa sebelum tidur! Supaya saat dalam keadaan tidur, kita selalu dalam kondisi terjaga oleh Yang Maha Esa, dan diberikan kebarokahan untuk menyambut hari-hari selanjutnya.

***

Nah, itu tips cara mengatasi insomnia atau susah tidur yang udah saya lakukan. Alhamdulillah, manjur! Mungkin kalau dirutinin, pola tidur saya bisa lebih teratur dan bener-bener nggak ada lagi yang namanya susah tidur.

Kalau kamu, gimana? :)

Saya emang lahir dan besar di Jakarta, kedua orang tua saya juga udah lama banget menetap di Jakarta. Kebetulan, Papa saya itu asli Jogja, dan Mama saya asli Jepara. Kalau kalian suka lihat post saya di Instagram sering bolak-balik Jakarta-Jogja, itu sebenernya saya lagi mudik, kan? Haha. Sekalian main, sekalian bisnis, sekalian kerja. Bisa pilih waktu kapan aja. Alhamdulillah :)

Nah, kalau mudik ke Jepara, saya emang`terbilang jarang mudik kesana. Terakhir tahun 2013, ada kok postingannya di blog ini :))

Kangen sih sama keluarga di sana, dan di Jepara lumayan banyak tempat liburan baru juga. Semoga nanti ada waktu dan rezeki buat mampir ke sana lagi. Insya Allah.

Dalam rangka rindu sama kampung halamannya Mama, di lebaran kali ini saya dan keluarga bikin seragam dari bahan tenun troso khas Jepara. Kebetulan, kain-kain tenun khas Indonesia gini emang lagi hype juga di dunia mode Indonesia.

Fyi, tenun troso adalah salah satu trademark -nya Jepara setelah ukiran jati. Jadi di Jepara, ada salah satu daerah namanya Kampung/Desa Troso. Hampir seluruh warganya bikin kerajinan tenun troso yang cara buatnya masih bener-bener manual dengan menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). Jadi, 100% handmade dan original. Selengkapnya bisa kalian baca disini.

Pada hari Senin, 27 Juni 2016 kemarin, kebetulan saya mendapatkan special invitation untuk acara grand launching fitur e-store dari aplikasi Konsula. Bertempat di Ruci's Joint, Senopati, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, acara ini berlangsung sangat menarik dan berkesan dengan peluncuran aplikasi kesehatan berbasis digital ini.

Konsula adalah sebuah aplikasi konsultasi kesehatan online yang dapat memudahkan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan mulai dari jasa dokter, produk, klinik atau rumah sakit, dan lain-lain dengan berbasis aplikasi mobile.

Dengan demikian, diharapkan masyarakat Indonesia bisa mendapatkan pelayanan kesehatan dengan mudah dan cepat, hemat waktu, hemat tenaga, dan tentunya dengan biaya yang lebih efisien.

Hanya dengan beberapa klik dalam genggaman smartphone saja, aplikasi Konsula dapat mengantarkan kita ke "gerbang-gerbang" pelayanan kesehatan sesuai dengan apa yang kita butuhkan.

Fyi, Konsula ini sudah diluncurkan sejak Desember 2015 lalu, lho. Sementara aplikasi mobile-nya, diluncurkan pada April  2016 lalu. Hingga saat ini, terhitung sudah 8.000 lebih pengguna smartphone yang mengunduh aplikasi Konsula. Apakah kamu termasuk salah satunya?

Sebelumnya, Konsula telah menyediakan fitur Chat dengan Dokter, Telepon dengan Dokter dan Cari Dokter pada aplikasinya.

Cara penggunaannya juga cukup mudah. Setelah men-download aplikasi Konsula, kita bisa mendaftarkan alamat e-mail kita untuk registrasi akun di aplikasi Konsula. Untuk fitur ini memang selanjutnya akan berbayar, namun kalau dihitung-hitung dari tingkat keefektifan dan efisiensinya, tetap saja jauh lebih murah.

Eits, tapi untuk saat ini, di awal kemunculannya, Konsula masih memberikan semua layanan tersebut secara gratis. Yuk, coba!

Sederhana, Tapi Manfaatnya Luar Biasa

Bayangkan, biasanya, dalam keadaan darurat kita sangat membutuhkan tindakan preventif atas keluhan yang sedang kita atau orang lain alami. Sayangnya, pada kenyataannya kita dibuat terlalu sibuk dan menghabiskan banyak waktu untuk mencari dokter, menghubungi rumah sakit atau klinik terdekat, hingga mengantri mengurus ini itu di klinik atau rumah sakit yang sudah kita datangi.

Atau, saat kita ingin konsultasi ke dokter yang lamanya tidak seberapa, tapi harus mengantri menunggu giliran berjam-jam lamanya.

Hal inilah yang kemudian menjadi latar belakang berdirinya Konsula. Menjadi solusi yang efektif untuk kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dengan mudah, cepat, praktis dan akurat. 

Jangan salah, dokter-dokter yang bergabung di Konsula ini semuanya resmi, profesional, dan bersertifikat. Tak main-main, seleksi ketat pun diadakan untuk menjaring dokter handal yang memiliki komitmen serta integritas yang tinggi untuk memberikan pelayanannya kepada masyarakat melalui Konsula.

Perwakilan para dokter yang sudah bergabung dengan Konsula.

Yap, bener banget. Nggak cuma bermanfaat untuk masyarakat dalam mendapatkan akses kesehatan dengan mudah, Konsula juga memudahkan para dokter yang berminat untuk bergabung di Konsula dengan kemudahan mengatur jadwal praktiknya.

Bisa dibilang, ada jam dimana dokter bisa "praktik online" dengan stand by di depan laptop ataupun gadget-nya untuk memberikan layanan konsultasi kesehatan online kepada para user Konsula.

Saat ini, telah bergabung lebih dari 2.000 dokter dan lebih dari 900 klinik dari seluruh Indonesia.

Buat kamu yang mau mencoba aplikasi Chat dengan Dokter, Telepon dengan Dokter ataupun Cari Dokter di aplikasi Konsula, jam layanannya tersedia mulai jam 8 pagi sampai jam 11 malam, ya! 

Luncurkan Fitur E-Store

Tak puas dengan pencapaiannya, Konsula terus mengembangkan aplikasinya menjadi aplikasi yang paling lengkap dari bidang kesehatan. Pada 27 Juni 2016 kemarin, Konsula telah resmi meluncurkan fitur e-store pada aplikasi mobile yang telah dikembangkannya.

Melalui fitur e-store ini, kita bisa mendapatkan banyak sekali referensi paket-paket kesehatan dan kecantikan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan kita.

Tampilan E-Store di Aplikasi Konsula yang recommended banget untuk kamu unduh sekarang juga!

Untuk saat ini, terdapat layanan jasa dan paket kesehatan dari kategori kecantikan, gigi, kulit, kesehatan umum, uji laboratorium, medical check up, kehamilan, hewan, serta vaksinasi atau imunisasi.

Menurut saya, keuntungan menggunakan fitur e-store di Konsula ini membantu banget, terlebih lagi buat kita yang memiliki mobilitas tinggi tanpa harus mengesampingkan kesehatan kita sendiri.

Pertama, soal harga.

Biasanya, kita suka meraba-raba nggak jelas soal pricelist berbagai tindakan di rumah sakit atau klinik langganan kita. Dengan Konsula e-store, minimal kita bisa mengetahui berapa sih range harga yang sebenarnya.

Kedua, masih soal harga juga.

Kalau sudah tau range harganya berapa, kita pun bisa membandingkan secara langsung antara rumah sakit/ klinik yang satu dengan yang lainnya. Baik yang sama-sama ada di Konsula atau yang tidak. Kita bisa membandingkan mana yang lebih murah, lebih dekat dengan kita, lebih sesuai dengan kebutuhan kita.

Ketiga, masih soal harga lagi :D

Namanya e-store, e-commerce, marketplace dan lain-lain sejenisnya, pasti selalu memberikan pelayanan terbaiknya lewat harga promo atau special offers. Nah, Konsula e-store tentu juga melakukannya. Ada promo, voucher, yang disediakan secara berkala. Hal ini tentu bisa memangkas budget kita untuk kesehatan, dong? Lumayan, bisa disisihkan untuk ditabung atau untuk keperluan yang lainnya.

Keempat, soal efisiensi waktu dan tenaga.

Kalau udah cocok sama harga dan layanan jasa yang kita pilih, tinggal klik 'BELI' deh, lalu ikuti tahapan-tahapan selanjutnya sampai proses pembayaran. Sisanya, kita tinggal datang ke rumah sakit/klinik yang dituju, langsung ketemu sama dokternya dan melakukan perawatan yang sudah kita beli di Konsula e-store tadi. Mudah banget, kan?

Saya pribadi seneng banget jadi tau range harga perawatan kecantikan di berbagai klinik ternama. Paling enggak, saya bisa masukin beberapa perawatan kecantikan yang ada di Konsula e-store sebagai wishlist saya untuk saya siapin budget-nya mulai dari sekarang :)

Sehat Tanpa Batas dengan Karya Anak Bangsa

Siapa sangka, Konsula ini adalah 100% hasil karya anak bangsa, lho!

Bermula dari ide kreatif dan niat pengabdian dari Shinta Nurfauzia, Johannes Ardiant dan Ronald Wijaya yang bersama-sama mengenyam pendidikan di Amerika Serikat, ketiganya pun membangun bisnis startup berbasis kesehatan yang sebelumnya belum pernah ada.

Ki-Ka : Johannes Ardiant, Shinta Nurfauzia, Ronald Wijaya, para pendiri Konsula.

Hingga akhirnya, lahirlah Konsula. Bermula dari kegelisahan mereka akan tingkat pelayanan kesehatan di Indonesia yang masih belum maksimal, mereka pun berusaha mencari jalan keluarnya. Sebelumnya, ketiga lulusan universitas ternama di negeri Paman Sam ini juga telah melakukan riset.

Hasilnya menunjukkan, terdapat lebih dari 160.000 dokter di Indonesia, dengan 2.000 dokter baru setiap tahunnya. Namun pada kenyataannya, masih banyak masyarakat Indonesia yang sulit menemukan dokter yang benar-benar sesuai dengan kebutuhannya. Belum lagi, tingginya biaya akan manajemen rumah sakit atau klinik yang digunakan, yang terkadang memakan biaya cukup banyak, padahal yang dilakukan hanya sebatas konsultasi saja tanpa adanya tindakan.

Hal tersebutlah yang kemudian menjadi latar belakang berdirinya Konsula, yang diharapkan dapat menjadi penghubung antara pasien dengan dokter melalui komunikasi yang dilakukan secara online sebelum ataupun sesudah melakukan tindakan-tindakan pada pasien.



Buat janji dengan dokter untuk konsultasi dan tindakan? Bisa.
Tidak bisa keluar rumah lalu konsultasi dengan dokter hanya melalui chat online ataupun telepon? Bisa.
Mencari referensi layanan kesehatan yang sesuai dengan budget? Juga bisa.

Semua telah dihadirkan Konsula dengan apik pada aplikasi yang sangat mobile friendly ini. Tak memakan kuota banyak, begitu juga dengan space di smartphone kita.

Di tengah berkembangnya arus teknologi seperti ini, rasanya segala bidang memang butuh pergerakan ke arah digital, ya. Tak terkecuali, bidang kesehatan. Merupakan hal yang sangat inovatif jika digitalisasi kesehatan sudah bisa dilakukan dengan praktis. Konsula pun telah melakukannya dengan sangat baik. Kamu sudah download aplikasi-nya? Yuk coba dan rasakan manfaatnya!