Tentang Kepopuleran

11:22 PM

Malam ini Alhamdulillah mangkul hadist tentang sifat zuhud, artinya sederhana. Cenderung lebih memprioritaskan akhirat daripada segala hal yang ada di dunia. Hidup sebaik-baiknya di dunia tapi tidak mengelu-elukan dunia sampai sebegitunya, karena sadar, hakikinya manusia hidup di dunia adalah untuk ibadah, dan kehidupan yang kekal adalah kehidupan di akhirat nanti.


Dalam hadist tersebut, Rasulullah saw. bersabda bahwa penghuni surga adalah orang iman yang ketika mereka di dunia, mereka tidak diperhatikan. Tidak diperhatikan yang dimaksud disini adalah tidak terkenal, tidak populer, terlihat lemah, padahal sebenarnya mereka tidak lemah, serba bisa, mampu, bahkan dapat diandalkan. Namun, mereka melemahkan diri mereka sendiri. Tidak mau populer, tidak mau dilihat orang, terlihat pasif, bukan karena tidak ingin berkontribusi, melainkan semata-mata murni menjaga niat karena Allah. Lalu, Rasulullah saw. juga bersabda, bahwa penghuni neraka adalah mereka yang memiliki sifat keras kepala, kasar, dan sombong.

Keshahihan hadist ini seketika menampar aku. Alhamdulillah, aku bersyukur Alloh masih membuka hati dan pikiran aku untuk menyadari ketika aku mencari ilmu tentang ajaran-Nya.

Hadist ini membuat aku harus lebih introspeksi diri lagi. Karena jika kita tarik pada kehidupan masa sekarang, orang kian berlomba-lomba untuk mengejar kepopuleran. Mereka ingin dikenal, dibanggakan, dielu-elukan, dipuji, dan lain sebagainya. Itu tidak hanya terjadi di dunia nyata saja, mungkin juga di dunia maya. Orang kini berlomba-lomba mencari like terbanyak, komentar positif terbanyak, sedikit-sedikit pamer, dan masih banyak lagi.

Hal ini menyadarkan aku, bahwa semuanya kembali lagi ke niat kita. Kalau niat kita bersih, masih dalam koridor niat karena Allah, insyaAllah nggak akan jadi masalah.

Aku jadi semakin sadar bahwa jadi orang yang populer itu nggak enak. Berulang kali dijelaskan, bahwa jadi orang yang biasa-biasa saja tapi iman, rajin ibadah, taqwa, sederhana, dan akhirat oriented adalah sebaik-baiknya manusia.

Jadi, sebenernya menjadi orang yang biasa-biasa saja itu bukan musibah. Justru anugerah. Kita hanya fokus dengan hidup sederhana ala kita, tanpa sibuk memusingkan kehidupan orang lain dari sudut pandang duniawi, yang akhirnya dapat menyulut rasa benci, iri hati, dengki, dan yang terburuk adalah fitnah.

Menjadi orang populer, kehidupan kita akan lebih banyak disorot, ada satu orang aja yang dengki dengan keberhasilan kita, bisa-bisa jadi bahan ghibah sekelompok orang. MasyaAllah.. Akhir zaman.

Tapi.. Kalau memang qodar-nya menjadi orang populer, disenangi banyak orang, memiliki prestasi banyak, kepribadian baik, dan lain-lain, kita pun harus mensyukurinya. Namun kembali lagi pada hadist di atas, setinggi apapun kita, sifat zuhud harus tetap ada.

Menjadi orang populer dengan niat ikhlas mencari ridho Allah, nggak akan ada masalah. Bahkan, kita bisa menjadikannya ladang pahala untuk beramal shalih, berkontribusi membangun lingkungan sekitar kita, menyebarkan nilai dan kebiasaan-kebiasaan positif, dll.

Tapi.. Jika si orang populer tersebut terpengaruh oleh syaitan, apa jadinya? Niatnya jadi berubah. Tadinya mukhlis ridho karena Allah kemudian berubah jadi ingin dipandang, ingin dipuji, menyombongkan diri, pamer/riya', tidak zuhud. Hasilnya, yang tadinya kepopulerannya bisa menjadi ladang pahala, justru malah menjadi wahana untuk menambah dosa. Disinilah tantangan terberatnya. Naudzubillahi min dzaalik.

"Tapi buatku, populer itu hanya bonus. Mengejar prestasi dan menjadi yang terbaik dalam hal-hal duniawi, hanyalah salah satu langkah untuk mengembangkan diri agar bisa menjadi sebaik-baiknya manusia yang bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Dimanapun itu."

Jadi, populer itu bukan yang utama. Niat karena Allah adalah yang paling utama. Yang penting, dalam setiap apapun yang kamu lakukan dan alami, Allah ridho. Dalam kondisi teraniaya sekalipun, kalau kita bersifat zuhud, kita akan merasa selalu dilindungi Allah. Apalagi, teraniaya hanya karena sifat tidak zuhud orang lain yang terkesan serakah mencari kepopuleran sampai melakukan cara yang haram, dengan memfitnah kita misalnya. Doa aja, kan lagi teraniaya :)

Kepopuleran duniawi itu nggak ada artinya. Sekali lagi, itu hanya bonus. Dapat nggak dapat, ya tetap syukur, karena esensi rezeki kehidupan bukan disitu. Tapi di dalam ridho Allah.

Toh, hidup di dunia juga memang cuma sebentar. Mau bertahan sampai 100 tahun lebih pun usia seseorang, dia juga nggak akan produktif dan menarik seperti muda lagi. Hidup di dunia itu bagaikan minum air, dan sesungguhnya kehidupan yang kekal adalah kehidupan di akhirat. 

Semoga bisa benar-benar introspeksi diri lebih dalam lagi. Alhamdulillah Alloh paring, aku bisa mengerti hikmahnya. Semoga bisa mengamalkan dengan sebaik-baiknya. Amiin.. :)

You Might Also Like

0 Comments