Tuan Muda
11:26 PMSelamat pagi, tuan muda.
Aku lihat kau belum terbangun dari tidurmu.
Lihat, sapaan pagi sudah mengetuk jendela dan
membangunkanmu.
Bergegaslah, sudah kusiapkan air hangat disitu.
Sudah kupilih-pilih baju mana yang pantas kau kenakan hari
ini.
Setelah itu, keluarlah dari kamar dan segeralah isi perutmu.
Jaga staminamu hari ini, kusuguhkan ini sarapan pagi.
Agar kau tak mudah lelah menjalani hari,
kubuatkan susu
kesukaanmu.
Tak lupa, aku selipkan koran hari ini yang tak pernah lupa
kau baca,
Yang sesaat kau pahami beritanya dan kemudian kembali
bergurau denganku.
**
Selamat siang, tuan muda.
Jangan lupa makan siang.
Jika pada pagi aku belum sempat membawakannya untukmu,
belilah diluar.
Kau pasti akan makan apa yang kau suka,
kemudian membandingkannya bahwa itu jauh lebih buruk dari
masakan buatanku.
Hubungi aku di kala waktumu senggang, agar rindu ini tidak
jadi berkepanjangan.
Tetap semangat, tuan muda.
Aku tau kita disini sama-sama berjuang untuk menikmati hari.
**
Selamat sore, tuan muda.
Petang segera tiba.
Tidakkah kau ingin menikmati rentangan jingga dikala senja?
Bukankah kau selalu ingin mengulang untuk menjadi kita yang
dulu disaat senja ada?
Memeluk, dan bercerita.
Nostalgia bersama.
Karna kita berdua; pencinta sore, penikmat senja.
**
Selamat malam, tuan muda.
Aku tahu kau lelah.
Terima kasih kau masih membalas senyum lelahku.
Tenang, tuan muda.
Hati maupun ragaku tidak pernah lelah menggenggammu.
Esok hari, esok hari dan esoknya lagi,
Aku akan terus mendampingimu, tanpa henti.
Sampai detik tidak berjalan dan mati.
Tidurlah dengan lelap, tuan muda.
Selamat beristirahat.
**
Pada waktu yang tak pernah
berhenti berjalan. Pagi, siang, sore dan malam. Kepada tuan muda yang selalu kuperbincangkan
dengan Tuhan, tetaplah disitu, jangan kemana-mana. Aku percaya, langkahmu
sedang mengarah menujuku. Setapak, demi setapak. Menjejak dan terus menjejak.
Kepada tuan muda, yang mukanya
masih terlihat samar.
Yogyakarta, 13 Maret 2013
Kertas-kertas prosa.
0 Comments