Teater Eska- [Solilokui Manusia 90°]

11:56 PM

Malem minggu. Jalan? Pasti. Tapi kali ini beda coy.. Kita nonton teater! Yay! Setelah sekian lama nggak pernah menyentuh dan menginjakkan kaki di gedung teater, akhirnya kemaren gue kesampean juga nonton teater. Dan untuk pertama kalinya juga, akhirnya gue tau Taman Budaya Jogja! Hahaha.. norak memang. Selama ini bolak balik Jkt-Jogja bahkan setahun terakhir stay di Jogja gue baru masuk ke TBY. Oalah, jadi begini. Agak mirip-mirip Taman Ismail Marzuki kalo di Jakarta. Maaf bgt gak sempet ambil gambar sebelum masuk gedung teater, saking begonya gue kebingungan teaternya itu pentas di gedung mana. Jadi pusing sendiri..

Oiya, sebenernya produksi dari teater kampus gue, TEATER ESKA ini udah gue tunggu-tunggu banget. Kenapa? Ya penasaran aja sih sama karya produksi teater yang udah cukup punya nama ini. Oiya, sebenernya pas dulu TEATER ESKA open recruitment, gue ikutan daftar loh. Cuma pas tau kalo teater latihannya harus total, kadang latihan dari malem sampe jam 2 pagi dan lain-lain, maka gue putusin gue batal ikut EsKa karena takut mengganggu produktivitas gue di kuliah.

Nah kebetulan salah satu sahabat gue, Ochel, ikut di produksi EsKa kali ini. Dan kayaknya sih, jadi peran utama. Jadi anak kecil gitu deh, sesuai sama badannya. Dia juga minta gue sama anak-anak yang lain nonton. Tapi pas itu gue cuma berdua doang sama Ika, soalnya yang lain pada ada acara. Dasar. Yaudah jadilah kita nonton berdua doang. Waktu itu sih geung teater penuh, banyak yang nonton, banyak dari kampus lain juga, pokoknya itu acara sukses deh gue bilang.

Solilokui Manusia 90° ini adalah produksi EsKa yang ke-31. Wow. Jadi sebenernya saya sendiri juga nggak tau Solilokui sendiri itu apa. Asing. Setelah saya searching di google sepulang menonton, ternyata:
Solilokui adalah gaya penulisan yang sangat bersifat personal. Berisi renungan, pengakuan dan kontemplasi untuk dirinya sendiri, namun dengan cara seolah-olah berdialog dengan orang kedua atau orang ketiga. Terkadang, digunakan juga untuk menyindir atau memberi nasihat kepada orang lain. Gaya Solilokui digunakan untuk menghindari tulisan yang bersifat mendikte.
*manggut-manggut*
Oh jadi gitu, ya bener sih, dari apa yang gue tangkep setelah nonton teater ini emang isinya seperti sindiran, dari renungan-renungan atas kecemasan yang lagi booming di kehidupan saat ini. Jadi gini ceritanya, Manusia 90° adalah manusia yang mengutuk dirinya sendiri. Manusia yang membawa kecemasan-kecemasan di dalam panggung kehidupan,. mulai dari persoalan agama, politik, lifestyle, pendidikan, marginalisasi perempuan, dan banalitas media. 

Misalnya pada hal agama, yang saat ini kita temui terlanjur berkontaminasi dengan industri dan menawarkan paket menangis di televisi. Mungkin sindirannya, seperti yang berupa komoditi yang dimanfaatkan oleh industri 
untuk dijual demi kepentingan kapitalis-ekonomis. Atau dengan pendidikan, yang mulai dimandulkan oleh ideologi pasar dan terkekang oleh kuasa negara. Semula, sekolah punya jargon "Mencerdaskan Anak Bangsa", tapi pada prakteknya hanya untuk anak bangsa yang punya modal dan kapital, dan puncaknya ialah pendeklarasian nama Sekolah Bertaraf Internasional. Dan selanjutnya dilihat dari aspek-aspek lain. Intinya teater ini tuh nunjukkin bahwa jaman sekarang ya semuanya edan, berantakan, dan identik dengan manusia modern, Ya apa aja yang terjadi di kehidupan selama ini, ditinjau dari berbagai sisi. Bagus. Bagus banget, semuanya dituangkan dalam suatu karya seni yang total. Lighting oke, sound oke, pemainnya total, kereeeen! Oya, teater ini sifatnya abstrak, jadi mungkin untuk orang yang gak peka atau mungkin baru pertama kali nonton  teater, nggak langsung mudeng dengan ceritanya. Ya namanya juga teater abstrak, jadi ya apa yang disampaikan gak disampaikan secara langsung dan efektif, entah ya melalui gerakan / gesture, atau melalui bait-bait sajak yang kata-katanya itu mendalam dan penuh dengan kiasan. 

Too bad, gue dan Ika nggak ngambil foto waktu teaternya main. Kita terlalu asik ngerekam, mengabadikan moment itu secara audio visual dari awal sampe akhir. Walah.. Jadi nggak bisa di-share di blog deh :s

But don't worry, I took some picture dong! Walaupun cuma dikit :(



She's my bestfriend, Ochel, dia memerankan anak SMP yang stress karna sekolahnya terlalu banyak nuntut ini itu, menghapalkan segala macam.


yang lagi megang pocong itu mas Ridho, senior di teater, sindiran terhada aspek agama.


Cuma ambil momen-momen terakhir, sisanya direkam :s








Untuk pementasan ini, EsKa touring ke 3 kota, pertama ke Semarang, Solo, baru terakhir di Jogja. Jadi di Taman Budaya Jogja ini adalah pementasan terakhir. Wow, it's so georgeous, guys! Dengan HTM Rp. 10.000,- aja nonton teater ini ya lumayan lah.. 

And after the show was end, now let's go to the backstage! Nah setelah pentas selesai.. Gue sama Ika langsung nyamperin Ochel dong keatas panggung. Kangen banget kita, karena dia ijin hampir semingguan buat touring pentas teater ini. Wawawa, malah banyak ambil foto disini. Sempet ke backstage juga, buset bo, berantakan banget, penuh dengan properti, kostum dll berserakan gajelas. OMG. Terus kita kenalan juga sama pemain-pemain lainnya. Sama anak-anak teater lainnya. Wah ya.. Ya gitu deh. 

Ya jadi ya gitu. Intinya malem minggu itu seru. 

You Might Also Like

0 Comments